Pentingnya HAKI agar Komoditas tak Diakui Negara Lain


MerahPutih Bisnis- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan betapa pentingnya mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas komoditas asal Indonesia. Perlindungan terhadap seluruh komoditas, utamanya yang dihasilkan petani, harus mendapatkan perhatian serius. Jangan sampai ada komoditas dalam negeri malah diakui negara lain sehingga merugikan kaum petani lokal.
"Kita harus melindungi komoditas yang kita miliki. Tadi sesuai cerita Dirjen HAKI yang menyampaikan bahwa kopi kita, di kota Brussel-Belgia sudah didaftarkan oleh pengusaha asing. Namun beruntung bisa dicegah dan akhirnya tidak diloloskan," ujar Ganjar Pranowo saat acara Rapat Evaluasi Kegiatan Pembangunan Perkebunan Jawa Tengah tahun 2014 dan Persiapan tahun 2015, di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Selasa (16/12).
Seperti yang dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Ganjar tidak ingin kejadian serupa terulang. Karena itu, setiap komoditi harus didaftarkan ke HAKI untuk mendapatkan hak paten. Apalagi, imbuhnya, pengakuan dari HAKI akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas karena petani merasa dilindungi.
Di Jawa Tengah sendiri, beberapa komoditas, khususnya perkebunan sudah dipatenkan. Salah satunya komoditas kopi arabica Java Sindoro Sumbing. Komoditas tersebut memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG). Dengan memiliki sertifikat itu, maka siapapun yang akan menggunakan merk tersebut harus membeli di daerah asal. Ini menjadi cara memproteksi komoditas di Jawa Tengah. Selain kopi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga akan mematenkan mete dan kelapa kopyor.
Dirjen HAKI Kemenkum HAM RI Prof Dr Ahmad Ramli SH MM mendukung upaya Jawa Tengah untuk mematenkan komoditas para petani. Salah satunya adalah sertifikasi terhadap kopi arabika Java Sindoro-Sumbing yang didaftarkan atas letak geografis, pH tanah dan indikasi lingkungan.
Sebagai informasi, kinerja pembangunan perkebunan pada tataran mikro menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal itu ditandai dengan kenaikan produksi sembilan komoditas utama rata-rata sebesar 2,71%. Antara lain karet, kopi, teh, lada, nilam dan jambu mete. Khusus tebu, pada tahun 2014 produksi tebu dan gula telah melebihi target yaitu mencapai 373. 679,15 ton, atau sekitar 100,47% dari target 371.938 ton gula tebu. Gubernur berharap prestasi ini bisa dipertahankan atau ditingkatkan sampai tahun 2017 untuk mendukung Swasembada Gula Nasional tahun 2017.
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting

Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024

Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis

Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi

Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS

IHSG Terperosok dan Alami Trading Halt, DPR Langsung Kunjungi BEI

Setelah 28 Tahun, Donatella Versace Turun dari Jabatan Chief Creative Officer, Menyerahkan Tanggung Jawab ke Pihak di Luar Keluarga

Direksi Shell Mengundurkan Diri, Perusahaan Ingin Struktur Baru demi Efisiensi dan Nilai Bisnis

Apple dan Indonesia Dikabarkan Capai Kesepakatan untuk Penjualan iPhone 16

Penjualan Eropa Jeblok, Nilai Pasar Tesla Anjlok Sampai di Bawah USD 1 Triliun
