"Musik Kucingan" Fasilitas Musisi Lokal Semarang

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Senin, 13 Februari 2017
Angkringan atau warung "nasi kucing". (MP/ilustrasi Widi Hatmoko)

Untuk mendongkrak musisi band lokal, Semarang Sound System Community (S3C) mengagas sebuah pagelaran musik bertajuk "Kucingan , Musik Malam Purnama". Kegiatan ini digelar setiap malam bulan purnama.

Kata "Kucingan" dalam ajang musik yang digelar pada malam bulan purnama ini diambil dari istilah "nasi kucing" atau biasa disebut dengan "hik" kalau di Solo dan "angkringan" untuk sebutan masyarakat Yogyakarta.

Dalam acara ini, penonton musik bisa sambil menikmati nasi kucing, aneka camilan dan minuman hangat, seperti teh dan jahe rempah yang tersedia.

"Kami ingin mengakomodir musisi-musisi Semarang untuk tampil. Sebetulnya, banyak musisi Semarang yang hebat, namun belum banyak dikenal," kata Supriyadi, Ketua DPRD Kota Semarang sekaligus yang ikut menginisiasi "Kucingan, Musik Malam Purnama", Minggu (12/2) malam.

Dengan konser sederhana seperti "Kucingan, Musik Malam Purnama" ini, Lek Di, sapaan akrab Supriyadi yang juga Dewan Penasehat S3C berharap bisa lebih banyak musisi maupun grup band lokal yang terangkat dan moncer.

Ia mengatakan selama ini Semarang juga kerap menjadi jujukan pergelaran musik atau konser besar, tetapi hampir tidak pernah mengakomodasi band-band lokal yang potensial untuk 'unjuk gigi'.

"Setiap even besar yang digelar di Semarang hampir tidak pernah memunculkan musisi lokal, tetapi malah menampilkan artis luar kota maupun musisi Ibu Kota," katanya.

Maka dari itu, kata dia, S3C tergerak menggelar "Kucingan, Musik Malam Purnama" secara rutin untuk memfasilitasi para musisi lokal, sebagai ajang silaturahmi, sekaligus memberikan hiburan gratis bagi warga Semarang.

"Ini mandiri, tidak ada kaitannya dengan APBD. Namun, para pejabat pun diharapkan ikut berpartisipasi. Sekarang di sini, selanjutnya Pak Wali Kota, Wakil Wali Kota, dan seterusnya bisa mengikuti," katanya.

Yang jelas, kata dia, para musisi Semarang selama ini kurang wadah untuk mengekspresikan kreativitasnya sehingga perlu dukungan agar mereka minimal bisa dikenal di tingkat lokal, kemudian regional, nasional dan tidak tertutup kemungkinan go-international.

Untuk mengikuti berita lainnya, baca juga: Oppie Andaresta Prihatin Musik Tradisional Kurang Diminati

#Musisi Tradisional #Musisi Indonesia #Mega Konser Dunia
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan