Mengenal Ritual Larungan di Telaga Ngebel Ponorogo

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Kamis, 15 Oktober 2015
Mengenal Ritual Larungan di Telaga Ngebel Ponorogo

Warga menurunkan tumpeng buceng lanang ke atas rakit saat prosesi larungan di Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (14/10).(ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Ritual larungan sesaji sebagai tradisi dan adat untuk membersihkan desa di delapan desa sekitar Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu, berlangsung meriah.

Ritual larungan di Telaga Negebel Ponorogo sekaligus merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1437 Hijriah yang juga merupakan tahun baru dalam penanggalan Jawa atau dikenal dengan istilah Grebeg Suro.

Ribuan warga dan wisatawan tumpah-ruah di tepian Telaga Ngebel, demi menyaksikan detik-detik pelepasan "buceng lanang" sebelum dilarung ke tengah danau alami yang terletak di lereng Gunung Wilis itu.

Tidak hanya melihat prosesi larung, sebagian wisatawan dan warga lokal juga ikut berebut tumpeng "buceng wadon" berisi aneka buah-buahan dan hasil bumi di depan paseban utama, melainkan Telaga Ngebel.

Ritual larungan tersebut lebih dimaknai masyarakat adat di sekitar Telaga Ngebel sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat setempat.

Prosesi dilakukan dengan melibatkan puluhan warga berpakaian adat yang mengarak dua tumpeng bucengan (buceng lanang dan buceng wadon) mengelilingi Telaga Ngebel sepanjang lima kilometer lebih.

 

BACA JUGA:

  1. Kembali ke Zaman Prasejarah Lewat Gambar Cadas
  2. Lewat Fotografi "Alkisah", Rio Hidupkan Cerita Rakyat Tanah Air
  3. Pameran Lukisan Nusantara
  4. DPR Pamerkan 150 Pusaka
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan