Mengenal Ilmu Ukir Sejak SD, Ginarti Wijaya Sempat Kepincut Ukir Batu

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Kamis, 09 Maret 2017
Mengenal Ilmu Ukir Sejak SD, Ginarti Wijaya Sempat Kepincut Ukir Batu
Ginarti Wijaya bersama putrinya tercinta di Galeri Tunggul Kawung Wijaya, Jalan Kampung Sawah, Cilodong, Depok, Jawa Barat. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

Menjadi pengrajin kayu, selain bakat tentunya harus memiliki keahlian yang terlatih. Namun, tidak bagi Ginarti Wijaya. Pemilik Galeri Tunggul Kawung Wijaya itu mulai mengenal ilmu ukir sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Bahkan, perempuan ini sempat kepincut untuk mengukir batu menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai jual tinggi.

Menjadi pengrajin ukir akar kayu sebenarnya bukanlah pekerjaan pertama yang ditekuni keluarga besar Wijaya. Ginarti mengaku, keahliannya itu merupakan warisan sang ayah yang masih memiliki galeri di Bogor.

Sejak kecil, ibu satu orang anak ini selalu melihat ayahanya mengukir. Putri dari dua bersaudara itu kerap diajak sang kepala rumah tangga untuk mengukir di beranda belakang rumah.

“Bakat ini saya dapatkan dari ayah. Saya suka menemani beliau bekerja membuat patung dan meja yang diukir. Sejak SD, saya coba menekuni seni ukir hingga sekarang ini,” ucap Ginarti kepada merahputih.com di rumahnya Jalan Kampung Sawah, Depok, Jawa Barat, Rabu (8/3).

Menjelang lulus SMA, Ginarti remaja pun diberikan tanggung jawab. Kata dia, ayahnya memberikan jabatan sebagai kepala bagian desain di perusahaan tersebut. Akan tetapi, lantaran tak ingin berpangku tangan, Ginarti akhirnya lebih memilih bersolo karier membuka usaha di bidang seni ukir dan furniture.

“Awalnya saya hanya membuat furniture seperti lemari, kursi meja, dan juga perabotan rumah tangga lainnya. Namun, karena ingin memanfaatkan kebisaan saya lainnya, akhirnya saya mencoba untuk menggunakan akar kayu sebagai objek kerajinan tangan,” kata Ginarti.

Inovasinya tersebut berbuah manis, ia kerap kali mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak untuk membuat kerajinan serupa. Meski demikian, ia juga menjelaskan bahwa menjadi pelaku usaha tak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kesabaran dan keahlian mengatur keuangan agar usaha yang dibangun bisa terus berkembang. Tak hanya itu, pengalaman pun kadang bisa menjadi guru terbaik dalam memulai usaha.

“Kalau perajinnya tidak ulet, apa pun usahanya tentu tidak akan bertahan lama,” jelas Ginarti.

Dengan menggandeng pekerja terlatih asal Jepara, Jawa Tengah, Ginarti akhirnya mulai berkembang dan sudah menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Ginarti mengaku, per bulan omzetnya bisa mencapai Rp30 juta. “Namun, kalau lagi sepi order, juga penghasilanya sedikit,” kata Giarti disusul dengan gelak tawa.

Galeri Tunggul Kawung Wijaya, Jalan Kampung Sawah, Cilodong, Depok, Jawa Barat. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

#Seni Ukiran Kayu
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan