Legenda Masyarakat Cisungsang dan Tempat Tinggal Nyi Pohaci


Pemimpin adat Kasepuhan Cisungsang Abah Usep Suyatma. (Foto: MerahPutih/Ctr)
MerahPutih Budaya - Masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Suatu wilayah di ujung selatan Provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut pemimpin masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang Abah Usep Suyatma, asal-usul masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul bermula ketika para sesepuh zaman dahulu bermusyawarah. Pada musyawarah itu disepakati 5 (lima) turunan mandiri kasepuhan adat. Satu kasepuhan berada di daerah Bayah, sedangkan saudara serumpun berada di daerah lainnya. Saudara serumpun itu dibagi menjadi dua istilah, yaitu dulur awewe (saudara perempuan) dan dulur lalaki (saudara lelaki).
Dulur awewe kasepuhan Banten Kidul adalah Cicarucub dan Citorek. Sedangkan dulur lalaki adalah Cisungsang (tua) dan Ciptagelar. Ciptagelar ini adalah satu-satunya kelompok masyarakat adat Kasepuhan Banten kidul yang terletak di Propinsi Jawa Barat.
"Kedudukannya semua sama," ungkap pemimpin adat Kasepuhan Cisungsang generasi ke-6 tersebut, Minggu (28/8).
Leluhur masyarakat Sunda adalah beragama Sunda Wiwitan dan merupakan masyarakat agraris, karenanya meski sebagian besar masyarakatnya telah menganut agama Islam, mereka meyakini keberadaan Nyi Pohaci (Dewi Sri) sebagai dewi kesuburan.
Putu incu Kasepuhan Cisungsang Yoki Susanto (kiri) dan Sekretaris Kasepuhan Cisungsang Henriata Hatra. (Foto: MerahPutih/Ctr)
Menurut sekretaris adat Henriana Hatra, upacara Seren Taun tak lepas dari dongeng leluhur adat yang pernah meminta Nyi Pohaci untuk tinggal di Cisungsang. Sang Dewi bersedia tinggal asalkan ia dihormati, dihibur, dan dimanjakan oleh masyarakat. Karena itulah upacara Seren Taun muncul.
"Untuk menghormati Dewi Sri yang kami percaya," ungkapnya.
Sementara itu, Yoki Susanto yang merupakan salah satu putu incu (anak cucu) Kasepuhan Cisungsang mengatakan bahwa masyarakat Cisungsang tidak migusti (mempertuhankan) Nyi Pohaci, melainkan mupusti yang berarti memelihara dan merawat alam.
"Masyarakat percaya bahwa Nyi Pohaci adalah alam itu sendiri, bahkan dilambangkan sebagai padi, karenanya sangat diagungkan," jelasnya. (Ctr)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Wakil Ketua Baleg DPR Sebut RUU Masyarakat Hukum Adat Jadi Agenda Legislasi Prioritas PKB

Tradisi Ekstrem Potong Jari 'Iki Palek' Suku Dani Papua, Tebus Duka Kehilangan Mendalam

Memberikan Dukungan Emosional Melalui Upah-Upah Tondi, Tradisi Adat Sumatra Utara

AMAN Soroti Kegagalan Nawacita Jokowi Merdekakan Masyarakat Adat

Masyarakat Adat Penting dalam Menjaga Keanekaragaman Hayati

Ritual Tiwah, Prosesi Pemakaman pada Suku Dayak Ngaju
