Laksamana Muda John Lie, Jenderal TNI AL Peranakan Tionghoa


John Lie, Pahlawan Indonesia berdarah Tiongkok. (foto: youtube)
MerahPutih Nasional - Sabtu 13 Desember 2014, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengenalkan kapal tempur mutakhir buatan Inggirs yang dinamai KRI John Lie 358. Peresmian KRI John Lie berlangsung di dermaga Pelabuhan Samudera Bitung, Sulawesi Utara. KRI John Lie diresmikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio. Disaksikan Gubernur Sulawesi Utara, Sarundajang, dan Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim), Laksamana Muda TNI Ary Hendricus Sembiring.
Lantas siapakah John Lie? Terlahir dengan nama John Lie Tjeng Tjoan atau Jahja Daniel Dharma di Manado, Sulawesi Utara, 9 Maret 1911 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1988. John Lie adalah seorang Laksamanan Muda TNI (purn) Angkatan Laut. John Lie merupakan jenderal bintang dua TNI AL yang merupakan keturunan etnis tionghoa.
Meski menjadi salah satu prajurit fenomenal di TNI AL, nama John Lie jarang diketahui publik. Namanya baru dibicarakan publik saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan gelar pahlawan nasional serta Bintang Mahaputera Adipradana pada tanggal 10 November 2009.
Seperti diceritakan oleh Rita Tuwasey Lie, keponakan John Lie. Pada usia ke 17 tahun John Lie merantau ke Batavia (kini bernama Jakarta). John Lie pergi ke Batavia untuk menjadi seorang pelaut.
Selama di Batavia John Lie harus berjuang mempertahankan hidup, ia bekerja sebagai buruh pelabuhan. Disela-sela pekerjaannya ia juga belajar dan mengikuti kursus navigasi. Usai lulus kursus, John Lie menjadi klerk mualim III di kapal Koninklijk Paketvaart Maatschappij, sebuah perusahaan pelayaran Belanda.
John Lie berlayar mengembara ke berbagai belahan dunia. Ia mendapatkan pendidikan militer pada tahun 1942 saat bertugas di Khorramshahr, Iran. Saat Indonesia merdeka, John Lie memutuskan untuk bergabung dengan kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum bergabung dengan TNI Angkatan Laut.
Usai bergabung dengan TNI AL, John Lie mengawali karir militernya di Cilacap, Jawa tengah dengan menyandang pangkat sebagai Kapten. Selama berdinas di Cilacap, John Lie berhasil membersihkan ranjau-ranjau peninggalan Tentara Jepang untuk menghadapi pasukan sekutu. Atas jasa dan keberanian John Lie pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor.
Saat berpangkat Mayor, John Lie ditugasi memimpin operasi menembus blokade Tentara Belanda untuk menyelundupkan senjata dan bahan pangan dengan daerah operasi meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangon, Manila dan New Delhi.
Pada tahun 1947, Mayor John Lie diberikan tugas mengawal 800 ton karet untuk Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo Ramelan, untuk ditukarkan dengan senjata. Nantinya senjata yang mereka peroleh diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera seperti Bupati Riau, sebagai sarana perjuangan melawan Belanda.
Pada awal 1950, ketika berada di Bangkok, ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. Pada masa berikutnya, ia aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku lalu PRRI/Permesta. Ia mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Pada 27 Agustus 1988, John Lie wafat. Banyak orang datang melayat, dari Presiden Soeharto hingga anak-anak gelandangan. John Lie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro “mengakui” John Lie sebagai pahlawan nasional. Melalui suratnya tertanggal 10 November 1995, Wardiman mengucapkan selamat kepada keluarga John Lie atas penganugerahan gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama untuk (almarhum) John Lie. Tapi, penganugerahan John Lie sebagai pahlawan nasional baru terealisasi pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2009. (bhd)
Bagikan
Berita Terkait
Beda Saat Tahun 1998, Pam Swakarsa Versi Terkini Dinilai Tidak Akan Mengandung Unsur Politis yang Merugikan Publik

DPR RI Minta Keseriusan Pemerintah dalam Pembinaan Prajurit, TB Hasanuddin Ingatkan Kualitas Prajurit TNI Menentukan Kekuatan Pertahanan

TNI AL Kerahkan Kapal Perang ke Teluk Thailand, Latih Pertempuran Jarak Dekat

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Tolak Pengelolaan Bersama Blok Ambalat, Legislator: Kedaulatan Harga Mati

Enam Kodam Baru TNI AD Siap Beroperasi dengan Kekuatan Penuh, Markasnya Hampir Rampung Akhir 2025

Apresiasi Kinerja TNI AL, Komisi I DPR: Modernisasi Alutsista Harus Ditingkatkan

Prabowo Lantik 3 Panglima Elite TNI, Legislator Sebut Jadi Garda Terdepan Indonesia Hadapi Ancaman Paling Mengerikan

Legislator Sebut Kematian Prada Lucky Namo Akibat 'Doktrin Kekerasan' di TNI, Minta Pengawasan Eksternal Segera Dibentuk

Tradisi 'Kotor' Satuan Jadi Penyebab Kematian Prada Lucky, Purnawirawan Jenderal TNI Minta Komandan Tanggung Jawab
