\r\n

Nama Laksamana Malahayati dan kesangaran laskar Inong Balee sampai juga ke telinga penguasa Inggris Ratu Elizabeth, sehingga negeri raksasa itu memilih cara damai saat hendak melintas Selat Malaka. Pada Juni 1602, Ratu Elizabeth memilih mengutus James Lancaster untuk mengirim surat kepada Sultan Aceh untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa.

\r\n

Lancaster kemudian mengadakan dialog perundingan dengan Laksamana Malahayati dengan bahasa Arab. Lancaster dapat mengerti bahasa itu karena ia membawa serta seorang Yahudi dari Inggris sebagai penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa lnggris.

\r\n

Dalam perundingan tersebut, utusan lnggris menyampaikan pentingnya menjalin kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Aceh. Lancaster juga meminta kepada Keumala Hayati agar tetap memusuhi Portugis dan berbaik hati pada Inggris. Ia meminta agar Aceh membantu utusan-utusan Inggris di Aceh.

\r\n

Usai perundingan, Laksamana Malahayati meminta Lancaster agar semua keinginan tersebut dimintakan atas nama Ratu Inggris dan dibuat secara tertulis untuk disampaikan kepada Sultan Aceh. Setelah surat permohonan itu selesai dibuat, James Lancaster diperkenankan menghadap Sultan. Dengan didampingi Laksamana Malahayati, Sultan akhirnya bersedia berunding dengan Lancaster sebagai wakil dari Ratu lnggris. (Man)


BACA JUGA:

\r\n
  1. Laksamana Malahayati, Wanita Penguasa Selat Malaka
  2. \r\n
  3. Mengungkap Sosok Wanita Hebat di Belakang Pangeran Diponegoro
  4. \r\n
  5. Penyair Perempuan Rayakan Hari Kartini dengan Puisi di Tembi
  6. \r\n
  7. Perlawanan Terakhir Srikandi Nusa Laut, Martha Christina Tiahahu
  8. \r\n
  9. Martha Christina Tiahahu Menari Di Tengah Hujan Peluru
  10. \r\n
","publisher":{"@type":"Organization","logo":{"@type":"ImageObject","url":"https://merahputih.com/themes/2022/img/logo/shortcut-icon.png","width":192,"height":60},"name":"MerahPutih"},"mainEntityOfPage":"https://merahputih.com/post/read/laksamana-malahayati-singa-perang-yang-lihai-berdiplomasi","name":"Laksamana-Malahayati-Singa-Perang-yang-Lihai-Berdiplomasi","url":"https://merahputih.com/post/read/laksamana-malahayati-singa-perang-yang-lihai-berdiplomasi","dateCreated":"2016-04-19T05:44:58+07:00"}

Laksamana Malahayati Singa Perang yang Lihai Berdiplomasi

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 19 April 2016
Laksamana Malahayati Singa Perang yang Lihai Berdiplomasi
Ilustrasi Laksamana Malahayati (MerahPutih/Alfi Rahmadhani)

MerahPutih Nasional - Selain menjadi panglima perang, Malahayati juga seorang diplomat ulung. Kelihaian Malahayati dalam berdiplomasi dan bernegosiasi itu dibuktikan dalam berbagai peristiwa penting saat dirinya mengemban tugas di Kerajaan Aceh.

Misalnya saat terjadi sabotase yang dilakukan armada VOC di bawah pimpinan Paulus van Caerden pada 21 November 1600. Saat itu, armada laut VOC menjarah dan menenggelamkan kapal-kapal yang penuh rempah-rempah di pantai Aceh.

Tindakan tersebut dibalas oleh Laksmana Malahayati pada 31 Juni l601, dengan menangkap Laksamana Belanda Jacob van Neck, yang tengah berlayar di pantai Aceh. Laksamana Jacob van Neck tidak mengetahui apa yang telah dilakukan oleh van Caerden.

Penangkapan Laksamana Jacob van Neck membuat Kerajaan Belanda mengirim dua orang utusan Pangeran Maurits van Oranjesent untuk menyampaikan surat diplomatik yang berisi permohonan maaf dan pembebasan Laksamana Jacob van Neck kepada Kesultanan Aceh.

Pada Agustus 1601, lewat kelihaian Malahayati berdiplomasi, dua utusan Pangeran Maurits van Oranjesent yakni Laksamana Laurens Bicker dan Gerard de Roy sepakat melakukan gencatan senjata dan membayar denda sebesar 50 ribu gulden sebagai ganti rugi atas perbuatan Paulus van Caerden yang telah merompak lada dan menenggelamkan kapal milik Aceh secara semena-mena.

Peristiwa lain yang tak kalah penting adalah saat Malahayati menjadi laksamana adalah pengiriman delegasi utusan Aceh menghadap Pangeran Maurits dan Majelis Wakil Rakyat Belanda. Delegasi yang terdiri dari Abdoel Hamid, Sri Muhammad, salah seorang perwira armada laut di bawah Keumala Hayati, dan Mir Hasan seorang bangsawan Kerajaan Aceh. Ketiga orang tersebut merupakan duta Aceh pertama dari kerajaan di Asia yang pernah dikirim ke negeri Belanda.

Nama Laksamana Malahayati dan kesangaran laskar Inong Balee sampai juga ke telinga penguasa Inggris Ratu Elizabeth, sehingga negeri raksasa itu memilih cara damai saat hendak melintas Selat Malaka. Pada Juni 1602, Ratu Elizabeth memilih mengutus James Lancaster untuk mengirim surat kepada Sultan Aceh untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa.

Lancaster kemudian mengadakan dialog perundingan dengan Laksamana Malahayati dengan bahasa Arab. Lancaster dapat mengerti bahasa itu karena ia membawa serta seorang Yahudi dari Inggris sebagai penerjemah dari bahasa Arab ke bahasa lnggris.

Dalam perundingan tersebut, utusan lnggris menyampaikan pentingnya menjalin kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Aceh. Lancaster juga meminta kepada Keumala Hayati agar tetap memusuhi Portugis dan berbaik hati pada Inggris. Ia meminta agar Aceh membantu utusan-utusan Inggris di Aceh.

Usai perundingan, Laksamana Malahayati meminta Lancaster agar semua keinginan tersebut dimintakan atas nama Ratu Inggris dan dibuat secara tertulis untuk disampaikan kepada Sultan Aceh. Setelah surat permohonan itu selesai dibuat, James Lancaster diperkenankan menghadap Sultan. Dengan didampingi Laksamana Malahayati, Sultan akhirnya bersedia berunding dengan Lancaster sebagai wakil dari Ratu lnggris. (Man)


BACA JUGA:

  1. Laksamana Malahayati, Wanita Penguasa Selat Malaka
  2. Mengungkap Sosok Wanita Hebat di Belakang Pangeran Diponegoro
  3. Penyair Perempuan Rayakan Hari Kartini dengan Puisi di Tembi
  4. Perlawanan Terakhir Srikandi Nusa Laut, Martha Christina Tiahahu
  5. Martha Christina Tiahahu Menari Di Tengah Hujan Peluru
#Kesultanan Aceh Darussalam #Pantai Pagatan #Sosok Menginspirasi #Laksamana Malahayati
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan