Konferensi KAA, Kilas Balik Hubungan Diplomatik Indonesia

Fredy WansyahFredy Wansyah - Rabu, 25 Maret 2015
Konferensi KAA, Kilas Balik Hubungan Diplomatik Indonesia

Inen Rusnan (78) fotografer Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 memerlihatkan foto peristiwa KAA di Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/3). (Foto: Antara/Agus Bebeng)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Nasional - Indonesia kembali memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-60. Pelaksanaan peringatan KAA dilaksanakan di dua tempat, Jakarta dan Bandung, Jawa Barat. Peringatan KAA ke-60 dilaksanakan pada 19 hingga 23 April 2015. (BacaKang Emil Jadikan Batu Akik Cinderamata KAA)

Lantas apakah KAA itu?

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Modern (1200-2004) karya M.C. Ricklefs, KAA adalah pertemuan tingkat tinggi yang dihadiri 29 negara-negara di dunia. Puluhan negara yang datang berasal dari berbaga negara-negara di Asia dan Afrika. (Baca: Sambut KAA, Pemprov DKI Jakarta Terus Berbenah)

KAA dilaksanakan pada 18 hingga 24 April 1955di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Pertemuan tingkat tinggi itu terjadi di era Presiden Sukarno dengan Perdana Manteri Ali Sastroamidjojo. KAA terbentuk atas inisiator Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Srilanka (cahulu Ceyon), India dan Pakistan. Tujuan utama dari dihelatnya KAA untuk menjalin kerjasama Asia-Afrika dan melawan kolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara penjajah lainnya.

Sejumlah pemimpin dunia kala itu turut hadir dalam acara tersebut. Di antaranya Perdana Menteri RTT, Zhou Enlai, kemudian Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), Pemimpin Kamboja (Pangeran Norodom Sihanouk), Pemimpin Mesir (Gamal Abdul Nasser), Pemimpin Vietnam Ho Chi Minh, Pemimpin Afrika (Nkrumah) dan sebagainya.

KAA sendiri berhasil dihelat dengan baik. Baik Sukarno dan ALi yang kala itu dipucuk pimpinan merasa bahagia dan bangga. Keduanya merasa puas dan memperoleh Prestise di dalam negeri, karena dianggap sebagai pemimpin Afro-Asia.

"Jelas ada kemungkinan bagi Indonesia untuk memainkan peran penting di dunia. Kemudian Sukarno mulai menjadikan peran semacam itu sebagai tanggung jawab pribadinya," kata Ricklefs.

Konferensi ini juga mencerminkan keinginan dari negara-negara Asia-Afrika yang baru merdeka untuk tidak terpengaruh dari kontestasi yang tengah terjadi antara dua kutub kekuatan dunia saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Konferensi ini akhirmya membawa pada terbentuknya gerakan Non Blok pada tahun 1961. (Baca: Amankan KAA, Kodam Jaya Terjunkan 3.500 Personel)

Dalam pertemuan pada tahun 1955 itu dihasilkan 10 prinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Berikut kesepuluh poin hasil pertemuan 29 negara Asia-Afrika dalam KAA.

1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.

3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.

4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.

5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.

6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.

8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.

9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional. (bhd)

#70 Tahun Indonesia Merdeka #Konferensi Asia Afrika
Bagikan
Ditulis Oleh

Fredy Wansyah

Berita Terkait

Indonesia
Semangat KAA Masih Relevan untuk Selesaikan Permasalahan Dunia
Indonesia ingin menghidupkan kembali nilai-nilai kolaborasi dalam peristiwa KAA dan bagaimana perannya pada sejarah dunia.
Zulfikar Sy - Senin, 07 November 2022
Semangat KAA Masih Relevan untuk Selesaikan Permasalahan Dunia
Indonesia
Gelar Pertemuan di Bandung, Pemimpin Negara OKI akan Bentuk MPR
Pertemuan tersebut merupakan penguatan parlemen dari negara-negara Islam sebagai alternatif untuk membahas isu-isu global, termasuk pembentukan Forum MPR
Andika Pratama - Sabtu, 22 Oktober 2022
Gelar Pertemuan di Bandung, Pemimpin Negara OKI akan Bentuk MPR
Bagikan