Kisah Dedi, Tukang Ojek Salah Tangkap Polisi yang Anaknya Meninggal


Dedi, tukang ojek yang jadi korban salah tangkap polisi. (foto Facebook.com/LBH Jakarta)
MerahPutih, Megapolitan-Dedi dan Nurrahmah hanya bisa menahan kesedihan setelah anak mereka, Ibrahim meninggal dunia. Baim, bocah 3 tahun, meninggal dunia saat Dedi menjadi tahanan LP Cipinang dalam kasus pembunuhan yang tidak dilakukannya.
Nurrahmah menuturkan saat Dedi ditahan di LP Cipinang, Baim sering menangis, jarang makan, bahkan sakit-sakitan.
"Sebulan Dedi dalam penjara, Baim mulai sakit-sakitan, bulan oktober Baim terserang penyakit DBD, dan pada bulan Januari 2015 Baim terjangkit kurang gizi," tuturnya kepada merahputih.com, di kediamannya, bilangan Tebet Jakarta Selatan, Sabtu (1/8).
Pria 33 tahun itu menjadi korban salah tangkap Polres Jakarta Timur dalam kasus tewasnya sopir angkot akibat pengeroyokan di Pusat Grosir Cililitan tahun lalu. Padahal, saat kejadian Dedi sudah pulang ke rumah orang tuanya di Tebet, Jakarta Selatan. Tapi, polisi yang awalnya hendak menangkap Dodi malah menciduk Dedi.
Dedi baru dibebaskan berkat bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta beberapa hari lalu setelah mengenyam hukuman 10 bulan dari vonis 2 tahun hukuman penjara.
Selama 10 bulan suaminya dipenjara praktis tidak ada yang mencari nafkah untuk keluarga. Nurrahmah pun mengambil alih peran suaminya sebagai pencari nafkah dengan menjadi tukang ojek sementara anaknya Baim dititipkan ke orang tuanya.
Kondisi kesehatan Baim terus menurun setelah ulang tahunnya yang ke-3 pada 26 September lalu. Kalapas Cipinang tidak mengizinkan Dedi menengok Baim saat ulang tahunnya. Hal ini membuat Baim sedih dan tidak mau makan.
"Ulang tahunnya tanggal 26 September, tapi Dedi tidak datang. Akibatnya, kondisi Baim saat itu sangat drop, dia sering bertanya sama saya kenapa ayah tidak datang," ucapnya dengan sorot mata berkaca-kaca.
Sejak saat itu, kondisi Baim kian memburuk dan jarang makan. "Biasanya makan dan ngemil terus, sejak saat itu, seperti orang yang banyak pikiran, jarang makan dan ngemil, hingga harus dirawat di rumah sakit," katanya.
Sejak itu, kondisinya kian memburuk dan akhirnya meninggal dunia di pelukan kakeknya 25 Januari 2015.
Sementara ayah Dedi, Mugni mengatakan anaknya tidak melanggar hukum. "Dedi anak anak yang pendiam. Sejak menikah dia tidak pernah nongkrong dengan teman-temannya," jelas pria berusia 60 tahun itu.
Dedi, menurut Mugni, tidak pernah meminta uang kepadanya. Dedi agak pendiam, tidak suka membebani orang lain. "Minta duit sama saya aja tidak pernah, kecuali saya lihat dia lagi pusing, saya kasih aja, tapi dia ga pernah minta," tuturnya.
Senada dengan Mugni, Nurmah, tetangga Dedi, menyebut Dedi sebagai sosok pendiam. Bahkan, ia sempat kaget mendengar Dedi ditangkap polisi karena membunuh.
"Setahu saya Dedi itu anaknya pendiam, jadi gak percaya saja pas dikabarkan membunuh orang," ujarnya.
Dedi menjadi korban salah tangkap polisi dalam kasus pengeroyokan sopir angkot di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur tahun lalu. Sopir angkot itu meninggal dan Dedi dicokok polisi. Dedi sempat merasakan dinginnya sel penjara LP Cipinang selama 10 bulan sebelum menghirup udara bebas. (Fdi)
Baca Juga:
Tukang Ojek Korban Salah Tangkap, Dedi: Sebelum Meninggal Baim Terus Memanggil "Ayah"
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo-Gibran Diyakini Pro Pengemudi Ojol

Legislator Minta Ojek Online Luar Jakarta Jangan Masuk DKI
