Kelenteng Poncowinatan, Rumah Ibadahnya Tionghoa Yogyakarta

Eddy FloEddy Flo - Kamis, 04 Februari 2016
Kelenteng Poncowinatan, Rumah Ibadahnya Tionghoa Yogyakarta

Kelenteng Poncowinatan tercatat sebagai salah satu kelenteng tertua di Yogyakarta (Foto: jogyapanduanwisata.id)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Budaya - Ketika tingginya hiruk pikuk pedagang dan pembeli Pasar Kranggan, Jetis, Kota Yogyakarta, ada pula orang-orang yang keluar masuk ke sebuah bangunan berwarna merah. Bangunan itu tepat berdiri di belakang Pasar Kranggan. Tak ayal, halaman depan bangunan merah kelenteng Poncowinatan tersebut kerap ada saja yang menjadikannya lapak parkir.

"Kelenteng Poncowinatan". Begitu plang namanya. Kamis (4/2), merahputih.com berkesempatan masuk ke dalam kelenteng. Menyusuri dan memandangi segala sisi bangunan merah tersebut.

Di dalamnya satu dua orang sibuk membersihkan beberapa ornamen. Mereka yang membersihkan ialah, satu perempuan dan satu laki-laki. Sementara di sisi kanan dari dalam, tiga orang duduk berbincang santai.

"Pengurusnya ini, Mas Margo Mulyo. Pengurus yang paling suhu dibandingin kami dua," kata salah seorang di antara mereka, sambil menunjuk orang yang disebut-sebut sebagai Mas Margo.

Kelenteng Tertua di Yogyakarta

Dengan santai dan ramah ketiganya mempersilakan merahputih.com untuk duduk bersama, sambil menanyakan maksud kedatangan. Dengan mengutarakan maksud kedatangan, Mas Margo mulai berbicara tentang kelenteng ini.

Sebelum menceritakan tentang sejarah kelenteng, pria yang bernama Tionghoa Tjia Tjiek Su ini, mengeluarkan kata-kata ramah-tamah. Uniknya, dialek bicaranya sangat kental akan dialek Jawa.

Kelenteng ini bernama Kelenteng Zen Ling Gong. Namun, orang-orang biasa menyebut Kelenteng Poncowinatan, karena terletak di Jalan Poncowinatan No. 16, Jetis, Kota Yogyakarta, atau hanya 400 meter dari Tugu Pal Yogyakarta. Margo menyatakan, berdirinya kelenteng pada tahun 1880-an. "Ini sudah berusia lebih 130 tahun, kelenteng tertua di sini (Yogyakarta). Lebih tua dari kelenteng di Jalan Katamso (Yogyakarta)," kata Margo.

Margo menambahkan awal pendiriannya tidak terlepas dari peran Sri Sultan Hameng Kubuwono VII. Tanah pembangunannya menggunakan tanah kesultanan, seluas 2.000 meter persegi. "Ini hibah dari Sri Sultan dulu. Kalau di Jalan Katamso, Gondomanan, bentuknya hadiah," katanya menegaskan.

Di kelenteng ini terdapat 17 altar, dengan altar utama Kwan Kong berada di tengah dari 16 altar lainnya. Sementara posisi ke-16 altar berada di sekeliling bangunan.

Di awal pendiriannya, Kelenteng Poncowinatan untuk tempat beribadah. Namun, seiring waktu, pada 1907, juga dijadikan sebagai tempat pendidikan. "Sekarang udah nggak ada. Terakhir pas masa-masa awal Soeharto, ketika ada dimulainya isu sara, sentimen politik kan," imbuhnya.

Waktu Ramainya Peziarah

Di Kelenteng Poncowinatan, umat beribadah pada tanggal 1 dan tanggal 15, sesuai kalender China. Sejak dahulu hingga saat ini, kelenteng selalu menjadi pilihan utama umat yang berada di Yogyakarta.

"Kami di sini udah menyatu jadi Jawa. Ritualnya aja, pada saat-saat ibadah tertentu, kami pakai tumpeng. Sama kayak tradisi Jawa. Isi tumpengnya sama aja, sama persis. Maksud dan filosifinya juga, yang gunungan tumpeng, ya podo wae. Lihat juga itu (sambil menunjuk salah satu sisi dinding bangunan), ada ornamen daun pisang. Tradisi asli Cina mana ada seperti itu. Arti daun pisang di Jawa tau gak? Artinya keteduhan," paparnya.

Salah seorang pengurus lagi, tepat di sebelah Mas Margo, bernama Febri, menjelaskan, umumnya umat yang beribadah di Kelenteng Poncowitaman telah membumi. Artinya, mencoba mengikuti tradisi di mana mereka berada. "Makanya kami bisa bahasa Jawa. Kalau bahasa China, kami malah nggak bisa. Tionghoa yang gak bisa bahasa China," katanya sambil tertawa.

Mas Margo melanjutkan, Kelenteng Poncowinatan merupakan kelentengnya umat Kong Hu Cu. Sementara kelenteng yang ada di Jalan Katamso, Gondokusuman, merupakan kelenteng umat Buddha. Menurutnya, saat Imlek banyak persepsi bahwa semua kelenteng yang beribadah ialah kelentengnya umat Buddha. "Beda. Dari segi keagamaan saja beda.

Buddha panutannya Gautama, kalau kami Kong Hu Cu. Bedanya lagi, salah satunya, kalau Buddha ada tentang surga atau mereka sebut Nirwana. Nah, kami nggak ada. Ajaran kami semua tentang kehidupan itu sendiri. Setelah mati, nggak tau apa-apa. Prinsipnya nanti setelah kematian ya pertanggungjawaban, beda kan kalau ada surga nerakanya. Prinsipnya balasan," katanya menjelaskan.(fre)

BACA JUGA:

  1. Kenapa Kelenteng Hok Tek Bio Berada di Tengah Pasar?
  2. Perayaan Imlek, Kelenteng Zhen Ling Gong Terbuka bagi Turis
  3. Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea, Tempat Berkumpul Arwah Dewa dan Leluhur
  4. Benda Pusaka di Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea
  5. Harmoni Imlek di Kelenteng Hian Thian Siang Tee
#Wisata Yogyakarta #Wisata Religi #Tahun Baru Imlek #Kelenteng Poncowinatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Lifestyle
20 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada 29 Januari 2025
Ucapan adalah doa dan kerap disampaikan saat hari besar, termasuk saat imlek.
Frengky Aruan - Rabu, 29 Januari 2025
20 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada 29 Januari 2025
Video
Termasuk Event 10 Besar Terbaik Indonesia, Cap Go Meh di Singkawang Digelar 12 Februari
"Pemerintah Provinsi Kalbar turut dukung suksesnya pelaksanaan perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang,"
Rezita Kesuma - Senin, 27 Januari 2025
Termasuk Event 10 Besar Terbaik Indonesia, Cap Go Meh di Singkawang Digelar 12 Februari
Video
Mengenal Makna Dalam Tradisi Imlek 'Yu Sheng'
Dalam setiap gigitan Yu Sheng terdapat pesan tentang kemakmuran, keberuntungan, dan kebahagiaan yang perkaya penyambutan Tahun Baru Imlek.
Rezita Kesuma - Senin, 27 Januari 2025
Mengenal Makna Dalam Tradisi Imlek 'Yu Sheng'
Lifestyle
Rekomendasi Tempat untuk Rayakan Imlek di Dubai
Semarak perayaan Tahun Baru Imlek akan menghiasi seluruh penjuru kota Dubai melalui rangkaian acara meriah mulai 24 Januari hingga 2 Februari
Angga Yudha Pratama - Minggu, 26 Januari 2025
Rekomendasi Tempat untuk Rayakan Imlek di Dubai
Foto Essay
Menilik Nian Gao "Hoki" Kue Keranjang Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek Simbol Kemakmuran
Pekerja membuat kue keranjang di UMKM Kue Keranjang Hoki di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Selasa (21/1/2025).
Didik Setiawan - Sabtu, 25 Januari 2025
Menilik Nian Gao
Kuliner
Sambut Tahun Baru Imlek 2025, Hennessy Rilis Kolaborasi Artistik Bersama Shuting Qiu
Koleksi 'Reimagination' menjadi merupakan sebuah penghormatan terhadap ular.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Januari 2025
Sambut Tahun Baru Imlek 2025, Hennessy Rilis Kolaborasi Artistik Bersama Shuting Qiu
Kuliner
Yu Sheng, Menu Paling Autentik saat Perayaan Imlek
Kehadiran Yu Sheng saat perayaan Imlek dipercaya sebagai simbol kelimpahan dan kemakmuran bagi orang yang memakannya.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 20 Januari 2025
Yu Sheng, Menu Paling Autentik saat Perayaan Imlek
Indonesia
Pesta Kembang Api Selama 30 Menit Siap Meriahkan Puncak Imlek 2576 di Solo, 5.000 Lampion Dipasang di Jalan
Kota Solo siap merayakan Imlek 2576 Kongzili/2025 dengan meriah.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 14 Januari 2025
Pesta Kembang Api Selama 30 Menit Siap Meriahkan Puncak Imlek 2576 di Solo, 5.000 Lampion Dipasang di Jalan
Travel
Filipina Gelar Prosesi Religius Black Nazarene yang Terkenal, Jalanan Manila Dipenuhi Ratusan Ribu Umat Katolik
Beberapa peziarah berharap mendapatkan berkah dan kesembuhan dari mengikuti prosesi Black Nazarene.
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 10 Januari 2025
Filipina Gelar Prosesi Religius Black Nazarene yang Terkenal, Jalanan Manila Dipenuhi Ratusan Ribu Umat Katolik
Lifestyle
Imlek 2025 Tanggal Berapa? Lengkap dengan Makna Shio Ular Kayu dan Jadwal Cuti Bersama
Tahun Baru Imlek 2025, atau yang dikenal juga sebagai Tahun Baru China, akan dirayakan pada Rabu, 29 Januari 2025. Tanggal ini sesuai dengan perhitungan kalender Masehi dan dipastikan menjadi hari libur nasional.
ImanK - Kamis, 09 Januari 2025
Imlek 2025 Tanggal Berapa? Lengkap dengan Makna Shio Ular Kayu dan Jadwal Cuti Bersama
Bagikan