Jalan-jalan Religi ke Empat Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Jumat, 17 Februari 2017
Jalan-jalan Religi ke Empat Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Salah satu Bangunan Pathok Negoro Yogyakarta. (FOTO dok. panduanwisata)

Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Islam terbesar setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit. Di sini pula menjadi salah satu tempat kerajaan syiar Islam di Tanah Jawa.

Untuk mengetahui jejak sejarah kerajaan Islam di tanah Jawa, terdapat empat Masjid Pathok Negoro yang terdapat di beberapa wilayah di Yogyakarta. Di Masjid Pathok Negoro ini, pengunjung bisa melihat betapa hebatnya syiar Islam pada masa itu.

Pathok sendiri dalam bahasa Jawa berarti tonggak penanda tapal batas. Bangunan Masjid Pathok Negoro bermula ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I berguru kepada seorang ulama bernama Kyai Muhammad Faqih. Beliau menasehatkan agar Sri Sultan mengangkat pathok pathok negoro. Namun yang dimaksud pathok negoro tersebut adalah para ulama yang memberikan ajaran serta menuntun akhlak dan budi pekerti.

Akhirnya Kyai Muhammad Faqih yang tidak lain masih merupakan kakak ipar Sri Sultan Hamengku Buwono I, diangkat sebagai kepala pathok pada tahun 1701 dan diberikan tanah perdikan yang berupa alas awar awar yang kemudian didirikan masjid.

Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid-masjid tersebut juga digunakan untuk kegiatan sosial sekaligus benteng kekuasaan Mataram Islam kala itu. Penelusuran merahputih.com ke empat Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta, masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Berikut ulasan singkat perjalanan merahputih.com di empat Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta:

1. Masjid Pathok Negoro Ad Darojat Babadan

Masjid Pathok Negoro Ad Darojat Babadan di Bantul, Yogyakarta. (FOTO dok. panduanwisata)

Masjid Pathok Negoro Ad Darojat Babadan ini terletak di Babadan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta. Satu-satunya transportasi ke tempat ini hanyalah kendaraan pribadi.

Hampir seluruh aspek bangunannya serupa dengan masjid-masjid Pathok Negoro lainnya. Berkombinasi unsur Jawa dan ke-Islaman. Ruang utamanya menggunakan konstruksi joglo, dengan kokoh empat saka guru. Serambi masjid menggunakan limasan, yang menjadi corak tradisi setempat. Mustaka bangunan ini terbuat dari bahan kuningan.

Ciri khas masjid ini ialah adanya kolam di depan masjid sebagai tempat bersuci. Bangunan yang sempat dipindahkan oleh tentara Jepang ini hampir seluruh tiang-tiangnya berbahan kayu jati. Di beberapa sudut temboknya juga dihiasi kaligrafi bahasa Arab. Tentunya, bagi siapa pun yang memasuki masjid, akan menambah khazanah religi.

Di sini, pengunjung tidak hanya sekadar wisata biasa. Karena, selain bisa merasakan beribadah di bangunan bersejarah, pengunjung juga seakan-akan diajak menelusuri masa lampau.

2. Masjid Pathok Negoro Mlangi

Masjid Pathok Negoro Mlangi di Sleman,Yogyakarta. (FOTO dok. panduanwisata)

Masjid Pathok Negoro Mlangi berada di Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta. Letaknya berada di sisi barat laut Kota Yogyakarta. Posisinya yang dekat dari jalan raya membuat masjid ini mudah diakses dengan berbagai jenis kendaraan.

Untuk berkunjung ke Masjid Pathok negoro Mlangi ini, pengunjung bisa menggunakan transportasi umum Transjogja, kendaraan pribadi, kendaraan roda dua atau menggunakan angkutan tradisional seperti delman (andong). Jarak tempuh dari Kota Yogyakarta hanya sekitar 4 hingga 5 kilometer.

Di Masjid Pathok Negoro Mlangi, wisatawan dapat memperhatikan bagaimana keberadaan umat Islam tempo dulu di awal kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Masih banyak instrumen dan benda-benda bersejarah lainnya di masjid ini. Salah satunya adalah bedug. Bedug ini adalah bedug sejak berdirinya masjid tersebut.

Di Masjid Pathok Negoro Mlangi ini, wisatawan juga bisa memahami perpaduan arsitektur Jawa-Islam di masa dulu. Hal ini bisa dilihat dari penyangga atau saka masjid. Secara fisik penyangganya bernuansa Jawa, namun berdasarkan filosofi jumlah penyangganya mengandung makna nilai ke-Islaman.
Tentu semua itu dapat dinikmati saat jalan-jalan ke salah satu masjid pathok negoro ini. Tidak hanya sekadar berwisata, berkunjung ke masjid Pathok Negoro Mlangi pengunjung juga akan merasakan nilai-nilai rohani dan religiusitas yang berpadu dengan kearifan lokal sisa-sisa Kerajaan Mataram .

3. Masjid Pathok Negoro Plosokuning

Masjid Patok Negoro Plosokuning Seleman, Yogyakarta. (FOTO dok.panduanwisata)

Masjid Patok Negoro Plosokuning berada di Dusun Plosokuning, Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta. Letaknya tak jauh dari pusat Kota Yogyakarta, atau sekitar 7 kilometer. Sementara jaraknya dengan Keraton Ngayogyakarto sekira 9 kilometer.

Masjid Patok Negoro Plosokuning dibangun pada 1724, oleh anak dari saudara Sri Sultan Hamengku Buwono I, yaitu Kyai Mursodo. Di awal pembangunan masjid ini memang mengonsepkan nuansa etnik ke-Jawaan. Konsepnya menggunakan konsep bangunan limasan.

Pada saat itu, atapnya juga hanya menggunakan sirap. Meski beberapa elemen telah direnovasi, secara keseluruhan dan keutuhan bangunan, masjid ini terbilang masih utuh dari awal pembangunannya. Salah satu bagian yang masih dipertahankan dan tetap kokoh hingga saat ini ialah bagian puncak atapnya yang berbentuk mahkota gada. Gada tersebut berbentuk huruf alif, huruf pertama dalam literasi Arab.

Selain menikmati kekhusukan shalat, bagi Anda yang ingin menelusuri khasanah awal Islam di tanah Keraton Ngayogyakarta, maka sempatkanlah berkunjung ke Masjid Patok Negoro Plosokuning. Untuk datang ke tempat ini, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi, ojek, atau angkutan umum Transjogja.

4. Masjid Pathok Negero Dongkelan

Masjid Pathok Negero Dongkelan Bantul, Yogyakarta. (FOTO dok.pandianwisata)

Masjid Pathok Negero Dongkelan berada di Dongkelan Kauman, Desa Tirtonirmolo, Bantul, DI Yogyakarta. Letaknya di sisi barat daya Kota Yogyakarta. Jaraknya dengan Keraton Yogyakarta pun relatif tidak jauh. Dapat ditempuh hanya sekitar 10 menit dengan kendaraan pribadi, dari pusat kota.

Bangunan masjid berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi. Sementara fisik bangunannya hanya menggunakan lahan seluas 100 meter persegi. Bangunannya terbagi menjadi dua, yakni bagian utama dan serambi bangunan. Bangunan utamanya seluas 10 meter x 10 meter. Sementara luas serambi sekitar 7 x 14 meter.

Meski fisik bangunannya bukan peninggalan awal, masjid ini tetap menarik dikunjungi untuk menambah khazanah religi. Dari segi arsitektur yang ada saat ini, beberapa elemennya menyiratakan pesan dan nilai ke-Islaman. Salah satnya ialah mustaka di atapnya.

Beberapa instrumen khasnya ada pada bedug, mimbar dan ornamen sebagian sisi dinding masjid. Nilai ke-Islamannya pun dipadukan dengan gaya Jawa. Kawasan di sekitar masjid juga dikenal sebagai kawasan santri. Sejak dahulu, kawasan Dongkelan telah dikenal sebagai kawasan mencari ilmu agama.

Artikel ini berdasarkan liputan Fredy Wansyah, kontributor atau reporter merahputih.com yang bertugas di wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya.

#Masjid Kauman #Wisata Yogyakarta #Putri Mataram Jogjakarta
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan