Frankfurt Book Fair 2015, Ajang Literasi yang Berpolemik

Fredy WansyahFredy Wansyah - Rabu, 01 Juli 2015
Frankfurt Book Fair 2015, Ajang Literasi yang Berpolemik

Andrea Hirata saat peluncuran Novel Ayah di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Jumat (29/5). (Foto: MerahPutih/Muchammad Yani)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Pada 13-18 Oktober mendatang, festival buku internasional di Jerman, Frankfurt Book Fair 2015, akan diselenggarakan. Indonesia pun didapuk menjadi tamu di ajang bergengsi di dunia literasi tersebut.

Di Tanah Air, ajang ini tidak berjalan mulus. Ada banyak kritikan, baik ihwal penyelenggaraan, pemilihan karya, kualitas karya, hingga polemik pemberitaan di salah satu media online Jerman. Kritik mulai mendera ketika Goenawan Mohamad (GM) dipilih sebagai Ketua Komite Nasional oleh Menteri Anies Baswedan.

Keberadaan Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015 akan menjadi tamu kehormatan dengan membawa tema “17.000 islands of imagination”. GM pun memilih 70 penulis yang akan dibawa. Di antaranya merupakan sastrawan. Beberapa nama penulis tersebut di antaranya Andrea Hirata, Sapardi Djoko Damono, Ayu Utami, Eka Kurniawan, Ahmad Fuadi, Tere Liye, Dewi Lestari, Linda Christanty, NH Dini, Seno Gumira, dan Sindhunata.

Menuai Kritik

Banyak anggapan bahwa terpilihnya GM hanya akan membawa nama-nama penulis yang dekat dirinya. Namun, anggapan ini dibantah dengan panjang lebar melalui media sosialnya.

"Ada teman yang mengesankan ke publik, malah cenderung menuduh, bahwa Komite Nasional telah menjadikan Perisiwa 1965 itu thema pokok kehadiran sastra Indonesia di Frankfurt nanti. Dengan itu, dua sastrawan, Laksmi Pamuntjak (penulis novel "Amba") dan Leila S. Chudori ("Pulang") akan ditampilkan sebagai 'pelopor' mengungkap 1965. Dugaan itu jauh panggang dari api," tulis GM di akun facebooknya, dikutip Merahputih.com pada Rabu (1/7).

Kritik terus berlanjut hingga hal ihwal sepele. Proses seleksi pun menjadi sorotan dalam kritik hingga membawa dua nama penulis, Linda Christianty dan AS Laksana.

AS Laksana dengan tegas mempertanyakan parameter pemilihan karya-karya yang akan dihidangkan di Jerman. "Mungkin karena novel Laksmi, juga novel Leila S. Chudori, adalah karya-karya terbaru yang menggarap tema 1965. Jika demikian, kita bisa melanjutkannya dengan pertanyaan: Apakah baru di sini berarti mereka menawarkan perspektif baru kepada kita dalam memandang peristiwa 1965?" demikian penyair ini AS Laksana mengurai melalui sebuah media massa.


Persiapan Sudah 85 Persen

GM terus berupaya penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2015 berjalan mulus. Penulis kumpulan puisi Don Quixote ini mengucap syukur atas persiapannya yang telah mencapai 85 persen.

"Kerja siang malam, persiapan sejauh ini sudah mencapai 85%. Ada lebih 200 jilid buku yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jerman dan bahasa lain yang akan dipajang di FBF 2015," tulis GM.

GM menyambut baik kehadiran Indonesia di ajang ini. Menurutnya, selama ini Indonesia hanya hadir sebagai peserta biasa. Sementara tahun ini Indonesia diberi ruang kehormatan dengan menjadi tamu kehormatan.

Bagi GM, ajang ini bukan ajang pertemuan semacam pestanya para penulis. Karya merupakan ajang pokok dari keberadaan Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015 ini. (fre)

#Sastrawan #Penyair Indonesia
Bagikan
Ditulis Oleh

Fredy Wansyah

Berita Terkait

Indonesia
Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late
Proyek penerjemahan harusnya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tapi juga bisa dilakukan oleh swasta, korporasi, atau oleh perorangan untuk mendorong untuk menumbuhkan ekosistem sastra.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 12 Juni 2025
Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late
Indonesia
Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Denny JA Sama-Sama Berpengaruh di Mata AI
Masing-masing nama tersebut meninggalkan jejak yang berbeda dalam sastra Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 03 Februari 2025
Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Denny JA Sama-Sama Berpengaruh di Mata AI
Lifestyle
Penyair Romantis Joko Pinurbo Tutup Usia
Joko Pinurbo meninggal di usia 61 tahun.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 27 April 2024
Penyair Romantis Joko Pinurbo Tutup Usia
Bagikan