"Dugderan", Tradisi Warga Semarang Jelang Ramadan

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 26 Mei 2017
Pedagang "Warak Ngendhog" di festival dugderan(Foto: Antara Foto/R.Rekotomo)

Di pusat kota Semarang, tepatnya di Simpang Lima, terdapat tradisi unik yang dilakukan warga setempat menjelang bulan suci Ramadan.Tradisi tersebut yakni Dugderan, sebuah festival yang ada sejak masa kolonial Belanda.

Dugderan memiliki arti letusan. Pasalnya pada acara ini akan terdengar ledakan meriam atau petasan sebagai penanda masuknya bulan ramadan. Biasanya, acara Degderan dilakukan satu minggu sebelum datangnya bulan Ramadan yang dimulai dengan pembukaan oleh walikota Semarang

Layaknya pasar malam, pada festival ini berbagai barang dijual. Salah satu barang yang pasti dijumpai adalah sebuah mainan yang dikenal dengan sebutan warak ngendog. Warak ngendhog adalah mahluk imajiner yang mirip hewan. Jika dibandingkan dengan sekarang, dulunya warak ngendog terbuat dari gabus tanaman mangrove.

Proses dijalankannya tradisi ini melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah festival pasar malam selama seminggu sebelum Ramadan. Kemudian akan dilanjutkan dengan mengumumkan hari pertama bulan ramadan oleh walikota Semarang. Nantinya acara ini diakhiri dengan arak-arakan kirab budaya yang dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Tradisi Dugderan sudah berumur ratusan tahun dan masih dilaksanakan oleh warga Semarang. Acara ini bertujuan agar tali persaudaraan antar warga akan semakin erat dan kuat. Baca juga Suku Kulawi, Pemegang Tradisi dari Zaman Prasejarah

#Tradisi Unik #Tradisi Ramadan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan