Docang, Makanan Kesukaan Wali Songo yang Cocok Disajikan Pagi Hari

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Minggu, 19 Februari 2017
Docang, Makanan Kesukaan Wali Songo yang Cocok Disajikan Pagi Hari
Docang, kulinar khas Cirebon yang dulu menjadi kesukaan Wali Songo. (MP/Mauritz)

Berolahraga dan menghirup udara segar di pagi hari merupakan rutinitas yang dilakukan sebagian besar masyarakat Kota Cirebon untuk menjaga kesehatan, terutama pada hari minggu.

Tak lepas dari aktifitas di pagi hari itu, sejumlah tempat wisata kuliner pun menjadi sasaran warga setelah berolahraga pagi. Salah satu kuliner yang banyak diserbu warga Kota Cirebon adalah tempat jualan Docang.

Docang adalah kuliner khas Cirebon yang terbuat dari paduan lontong yang diiris kecil, ditaburi parutan kelapa muda, irisan daun singkong dicampur toge yang telah direbus, kemudian disiram kuah panas yang berisi dage (sejenis oncom) yang dihancurkan. Karena kuah panasnya, sayuran docang terlihat mengapung, sehingga menggoda lidah untuk ingin segera mencicipinya.

Sajian Docang yang hangat ini menjadi salah satu menu populer pilihan warga Cirebon di pagi hari. Selain hangat, hidangan ini juga lezat dan menyehatkan. Sayur mayur yang berada di dalam menu docang ini menjadi salah satu alasan mereka menjadikan makanan favorit.

Hal itu yang membuat para penikmat kuliner banyak berburu makanan yang satu ini, saat berkunjung ke Cirebon. Zhidane, salah seorang pengunjung, mengatakan, sayur mayur yang terdapat di dalam docang, menyehatkan.

"Sehat, tidak banyak lemak karena banyak sayurnya mas," tutur Zhidane.

Docang juga merupakan salah satu kuliner bersejarah. Konon, kuliner tradisional Cirebon ini merupakan makanan kesukaan para wali atau wali songo, penyebar agama Islam di Pulau Jawa dan Nusantara. Dan, para penjual docang ini sebagian besar merupakan turun temurun.

Artikel ini berdasarkan liputan Mauritz, kontributor atau reporter merahputih.com yang bertugas di wilayah Cirebon, Kuningan dan sekitarnya.

#Kuliner Cirebon #Kuliner Tradisional #Laksa Betawi
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan