Darah Muda dalam Teater Rakyat Mendu dari Pontianak


(Foto: kebudayaanindonesia.net)
MerahPutih Budaya - Kebudayaan tradisional mengajarkan masyarakatnya untuk selalu hidup sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Kesenian teater rakyat atau pertunjukan drama panggung tradisonal salah satunya, para tokoh membawakan cerita tentang banyak hal bagaimana seseorang menjalani hidup dan mengenali mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Di Pontianak, ada teater rakyat bernama "mendu". Ia lahir di Dusun Malakian, suatu dusun kecil yang terletak di Desa Sengkubang, Kecamatan Pontianak Hilir, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.
Kesenian tradisional mendu sudah ada sejak 1871. Pertama kali dirintis oleh tiga pemuda dari Mempawah yaitu Ali Kapot, Amat Anta dan Achmad. Ali Kapot dari Dusun Malakian sangat gigih mempertahankan seni pertunjukkan tersebut, ia kemudian mewariskan teater mendu kepada anak-anaknya, hingga mendu dapat disaksikan sampai sekarang.
"Pertunjukan mendu yang lazimnya meramaikan hajatan perkawinan dan sunatan dilakukan malam hari, sehingga memerlukan, dahulu petromak, yang cukup baik. Untuk menyaksikan pementasan ini, para penonton bisa duduk maupun berdiri mengitari panggung. Para pemain mendu mulai berakting saat layar yang menutupi pentas dibuka. Secara umum kesenian tradisional ini menampilkan nyanyian diiringi alat musik ketabuhan sederhana, tarian dan gerakan silat," demikian dilansir situs web resmi Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Semangat pemuda perintis teater rakyat mendu tidak diragukan, pertunjukkan panggung mereka merambah hingga tampil di luar negeri, ke Brunai dan wilayah Kalimantan Utara. Di daerah asalnya, teater mendu lebih-lebih digemari masyarakat.
Kegemaran anak-anak Pontianak terhadap teater mendu menular. Anak-anak muda berlatih keras untuk menguasai teater mendu dan berusaha mendapatkan peran sebagai raja, pahlawan, atau pun pendekar sang tokoh utama. Peran-peran itu cukup prestisius bagi anak-anak muda. Semua orang berlomba-lomba membuktikan diri layak bermain di panggung, dan dipilih menjadi tokoh yang berperan penting dalam cerita.
"Peran-peran ini menjadi kebanggaan tersendiri, terlebih jika para pemain mendu tampil dengan pantun yang memesona, seketika ia (pemain) akan menjadi buah bibir bagi gadis remaja. Gambaran mendu tempo dulu memperlihatkan bahwa kesenian tradisional ini tidak hanya berjaya di kampung asalnya, tetapi undangan bagi kelompok kesenian ini mengalir deras hingga ke Mengkacak, Tanjung Secapah dan daerah Antibar."
Mendu sejatinya kesenian rakyat sejenis teater tradisional. Ia berisi lakon-lakon seperti dongeng, legenda, hikayat 1001 malam dari Timur Tengah. Salah satu bagian yang khas dalam pertunjukan mendu adalah berladon, yaitu nyanyian yang berisi pantun-pantun yang disampaikan dari satu pemain ke pemain lain saling berbalasan. Pantun dilagukan sambil menari menjadi bagian menarik dengan khas kelucuan atau sindiran-sindiran masyarakat setempat.
Kekuatan teater mendu juga terletak pada dialog yang selalu disisipi nasihat dan pendidikan akhlak (etika). Isi cerita membawa nilai-nilai kejahatan dan kebaikan. Teater mendu berfungsi sebagai sarana edukasi sekaligus hiburan rakyat. Dapat dimengerti, mengapa anak-anak muda berlomba menjadi tokoh yang membawakan nilai kebaikan di hadapan penonton. Kebaikan untuk daerah kelahiran mereka.
Baca Juga:
Parade Budaya Sail Tomini 2015 di Sulawesi Penuh Warna-Warni
Ragam Karnaval Budaya di Nusantara
Teater Topeng Blantek Betawi Jarang Dikenal Lagi
Menengok Segala Hal tentang Batak di Museum TB Silalahi
Bagikan
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta
