Beras Sintetis Kacaukan Program Beras Analog


Sejumlah petugas gabungan dari Disperindag, Polri dan TNI memeriksa beras saat melakukan sidak ke sejumlah pedagang beras di Pasar Karangampel, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (22/5). (Foto: Antara)
MerahPutih Bisnis - Ekonom INDEF, Enny Sri Hartati, menuturkan, pihaknya tidak bisa memastikan apakah peredaran beras plastik bermotif ekonomi. Pasalnya, hitung-hitungan biaya produksi beras plastik tersebut tidak dapat dipastikan.
"Terus terang kita enggak bisa memprediksi karena kita enggak bikin hitung-hitungan," kata Enny kepada Merahputih.com di kantor INDEF, Jakarta, Selasa (26/5).
Menurut Enny, untuk membuktikan peredaran beras palsu tersebut bermotif ekonomi harus dihitung apakah biaya produksi lebih tinggi. Sebab, seorang pedagang sudah pasti mencari keuntungan dengan menekan biaya produksi.
Enny menambahkan, peredaran beras palsu ini akan mengganggu program yang tengah digalakkan beberapa kampus untuk memproduksi beras analag. Yaitu, beras yang dihasilkan dari umbi-umbian dan dibentuk menyerupai beras.
"Secara politik dagang ini bisa jadi ancaman, dengan adanya isu ini akan membuat kerisauan. Artinya masyarakat enggak bisa bedakan beras sintetis dan analog," katanya.
Enny juga tak bisa memastikan, apakah beras tersebut impor atau bukan. Namun, kejadian serupa pernah ditemukan di Beijing. "Apakah terkait atau tidak, enggak tahu," katanya. (mad)
Baca Juga:
Polisi Masih Tunggu Hasil Puslabfor untuk Pastikan Beras Plastik