Alfred Riedl dan Formasi Defensif Nanggung Gaya PSSI


PSSI mengangkat Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Indonesia untuk PIala AFF 2016 (Foto: Twitter @PSSI_FAI)
MerahPutih Sepak Bola - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) hari ini Jumat (10/6) mengumumkan Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Merah Putih.
Penunjukan Alfred Riedl disampaikan Ketua Umum PSSI ad interim, Hinca Pandjaitan di kantor PSSI kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta. Nama Alfred Riedl sebetulnya bukan sosok baru dalam sepak bola Indonesia. Pelatih berkebangsaan Austria itu sempat membawa Timnas Indonesia menjadi runner up Piala AFF beberapa waktu yang lalu.
Pengangkatan Alfred Riedl juga mengejutkan, sebab sebelumnya Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sempat melempar wacana agar Timnas Indonesia ditangani pelatih top Eropa. Dua nama yang mengemuka kala itu yakni Jose Mourinho yang kini menjadi pelatih Manchester United dan Guus Hiddink mantan pelatih Chelsea yang sekarang belum mendapat klub baru.
Lantas mengapa PSSI memilih Alfred Riedl? Dipilihnya Alfred Riedl sejatinya menampilkan sebuah simptom betapa complicated-nya PSSI saat ini. Pengurus PSSI tak mampu keluar dari permasalahan yang menggerogoti induk organisasi tertua di Indonesia tersebut. Merujuk pada salah satu maxim sepak bola adalah fair play, sportivitas. Apa itu sportitvitas?
Alfred Riedl kembali ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia (Foto: Twitter @PSSI_FAI)
Sportivitas adalah bagian dari kepribadian alias karakter. Sportivitas mempunyai arti orang yang melakukan olahraga harus memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berperilaku saat berolahraga, seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu pertandingan olahraga. Apakah sikap ini ada dalam pengurus PSSI selama ini?
Kembali kepada penunjukan Alfred Riedl, apakah bisa mencapai target yakni membawa Timnas Merah Putih sampai final Piala AFF 2016? Saya termasuk orang yang meragukan target tersebut. Sebagai penggila bola, saya justru berharap, usai lepas dari sanksi FIFA, afdolnya PSSI langsung menggebrak dengan menunjuk pelatih top dari Eropa atau Amerika Latin sebagai bentuk keseriusan sepak bola Indonesia untuk kembali unjuk gigi di kancah internasional. Prinsipnya, kalau mau yang top ya pilih pelatih top sekalian, kenapa mesti tanggung-tanggung.
Jika tidak mendapat jatah pelatih top kenapa tidak memilih pelatih lokal untuk belajar atau kursus di klub-klub papan atas Eropa seperti Belanda, Italia, Inggris atau Jerman. Dengan menimba ilmu dari klub-klub top Eropa, sang pelatih bisa langsung diplot menukangi timnas kita. Ajaibnya, justru ini dilakukan pada level klub, seperti yang dijalani Persib Bandung, dengan mengirim Jajang Nurjaman ke Italia. Angkat topi untuk Erick Thohir dan manajemen Persib. Kenapa PSSI yang nota bene organisasi yang levelnya di atas klub tidak menerapkan hal yang sama?
Bagi saya pemilihan Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Merah Putih tak lebih dari ekspresi kalapnya PSSI dalam ketidakberesannya membenahi prestasi sepak bola Indonesia. PSSI gagal keluar dari labirin persoalannya, yang itu-itu lagi dan biang keroknya dia-dia lagi. RIP Sepak Bola Indonesia.
BACA JUGA: